Filosofi Anyaman

Tulisan ini merupakan tulisan yang saya ambil dari laman facebook Pak Gede. Dari sekian banyak tulisan yang setiap hari nya ditulis oleh beliau, tulisan ini menjadi tulisan favorit saya selama saya tinggal di Rumah Intaran.

Begitu kuatnya mengakar dari filosofi anyaman ini untuk kehidupan yang kita jalani bersama-sama orang yang kita sayangi.



Menjelang Lebaran seperti ini, sebenarnya saya dan Ayu ingin sekali mengajar bagaimana membuat Ketupat dan juga Kelangsah kepada Anak-anak di Rumah Intaran, sekaligus menyampaikan filosofi-filosofi ringan tentang anyaman. Namun sayangnya Anak-anak semua sudah pulang liburan di rumahnya masing-masing.

Tapi tak apalah, saya buatkan sebuah tulisan :

Filosofi Anyaman.
Anyaman adalah Persahabatan : Sebuah keseharian dalam jalinan.

Menganyam, bukan sekedar hanya membuat produk, namun selalu ada pesan yang jauh lebih besar yang hendak disampaikan. Disampaikan dalam percakapan, dengan tangan-tangan yang tak berhenti bergerak, dengan pikiran selalu dalam kesadaran.

Syarat pertama terbentuknya anyaman adalah ada lebih dari satu material yang memiliki kesamaan. Syarat berikutnya adalah saling bersinggungan. Jika material tidak bisa ditekuk, hanya lurus, ia tidak menghasilkan apa-apa. Mungkin kuat, namun ia tidak bersama. Tidak saling menguatkan.

Seperti persahabatan, anyaman tidak bisa dilakukan dengan satu material tunggal. Ia harus bersama-sama. Merekapun tidak dibangun sejalan, lurus-lurus saja. Melainkan saling menindih saling mengatasi. Semua persahabatan melibatkan emosi. Persentuhan dua manusia yang sama sekalipun selalu melibatkan emosi. Naik turunnya emosi karena gesekan-gesekan personal adalah biasa. Bahkan sangat bagus akibatnya. Semua hubungan-hubungan yang terbangun dengan fluktuasi emosional yang terkendalikan selalu menghasilkan hubungan-hubungan yang indah.

Sahabat harus dikritik, harus diingatkan, karena saat ada kritikan itulah jalinan yang sesungguhnya tengah terbentuk. Semua kritik yang dibangun dengan semangat untuk mengingatkan, akan menjadi tekstur naik turunnya material-material pembentuk anyaman yang berujung pada satu kesamaan tujuan yang saling menguatkan.

Lintang, Sela, Deo, Fariz, Ira dan Ros. Jadilah material-material yang tidak kaku, tidak lurus-lurus saja, namun lentur. Kelenturan bukanlah sebuah pengingkaran, melainkan cara setiap manusia untuk menghargai sesamanya. Libatkanlah diri dalam kancah pergesekan emosi, karena selama naik turunnya emosi itu terjadi dalam dalam sebuah proses yang bertujuan untuk membaikkan, fluktuasi emosi hanyalah cerita-cerita kecil yang hanya akan menguatkan hubungan persahabatan. Keseharian kalian adalah jalinan-jalinan.

Seperti Anyaman.


Karya Gede Kresna
27 Juli 2014

Komentar

Postingan Populer